beridata.com, Pangkep – Inovasi pengelolaan limbah semakin berkembang, salah satunya melalui teknologi maggot atau larva Black Soldier Fly.
Terobosan ini menjadi pusat perhatian dalam kerjasama antara Cyclevalue, startup pengelola limbah organik, dan Pondok Pesantren Insan Cendekia Madani Mandalle (ICMM).
Kerjasama ini diresmikan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) di Kampus ICMM, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep, 18 November 2024.
Acara tersebut melibatkan Rahmat Hidayat, Direktur Cyclevalue, dan Ni’man Samad selaku Pimpinan Pondok Pesantren, dengan dukungan penggagas program, Suryawati Ningsi.
Langkah Besar untuk Kelola Limbah Berbasis Maggot
MoU ini mencakup sejumlah poin strategis, di antaranya:
1.Pengelolaan Limbah Sisa Makanan
Limbah makanan di pesantren akan diolah menggunakan teknologi maggot, menghasilkan produk bernilai tinggi seperti pakan ternak protein tinggi dan pupuk organik kasgot.
2. Penyediaan Fasilitas Pengelolaan
Cyclevalue bertanggung jawab menyediakan tempat pengolahan, kendaraan, tenaga kerja, dan mitra pendukung program.
3. Dukungan untuk Penghijauan Pesantren
Pesantren akan mendapat pupuk kasgot dengan harga khusus, membantu penghijauan lingkungan sekitar.
4. Peningkatan Literasi Lingkungan
Program ini bertujuan menanamkan kesadaran pengelolaan sampah berkelanjutan, baik bagi santri maupun masyarakat sekitar.
Direktur Cyclevalue, Rahmat Hidayat, menjelaskan bahwa teknologi maggot memiliki tiga manfaat utama: mereduksi sampah, menghasilkan pakan alternatif, dan memproduksi pupuk organik.
“Kami menggunakan bioteknologi yang memanfaatkan makhluk hidup sebagai pengurai limbah. Dengan satu proses, kami bisa memberikan solusi lingkungan sekaligus ekonomi,” katanya, Rabu 20 November 2024 .
Pesantren sebagai Pelopor Pengelolaan Limbah
Pimpinan ICMM, Ni’man Samad, menyebutkan bahwa program ini sejalan dengan misi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang peduli lingkungan.
“Santri tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktikkan tanggung jawab lingkungan melalui pengelolaan limbah,” ungkapnya.
Sementara itu, penggagas program, Suryawati Ningsi, menyoroti integrasi program ini ke dalam pembelajaran pesantren.
“Santri akan belajar literasi lingkungan melalui praktik nyata, seperti memilah dan mengolah sampah. Langkah kecil ini akan memberi dampak besar bagi lingkungan dan masyarakat,” jelasnya.
Sinergi untuk Masa Depan Berkelanjutan
Kerjasama ini diharapkan menjadi model ideal bagi sektor pendidikan dan startup dalam menciptakan solusi ramah lingkungan berbasis teknologi.
Dengan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang dihasilkan, program ini menunjukkan bahwa pengelolaan limbah bukan hanya tentang pengurangan sampah, tetapi juga tentang menciptakan nilai baru.
“Kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah harus terus ditingkatkan. Kerjasama ini membuktikan bahwa inovasi dan kolaborasi dapat menjadi kunci untuk masa depan yang lebih hijau,” tutup Suryawati.