beridata.com – Klaim Muhammad Ramli Rahim, juru bicara yang mewakili Calon Gubernur Sulsel nomor 2, soal penurunan ekonomi di Makassar di bawah Wali Kota Danny Pomanto dan peningkatan di Sulsel di era Andi Sudirman ternyata menyisakan tanda tanya besar.
Menurut Asri Tadda, juru bicara dari pihak Danny-Azhar, klaim ini lebih menyerupai disinformasi yang menggiring opini publik ke arah yang menyesatkan.
Asri Tadda menyoroti bahwa perbandingan ini jauh dari adil. Pasalnya, data ekonomi Makassar yang digunakan Ramli Rahim mencakup sejak tahun 2012 hingga 2023, sementara data ekonomi Sulsel hanya ditampilkan dari tahun 2021 hingga 2024.
“Ini seperti membandingkan apel dengan jeruk,” tegas Asri, Minggu 10 November 2024.
Selain masalah periode data yang berbeda, penyajian grafik juga dinilai menyesatkan. Data Makassar disajikan tahunan, sementara Sulsel hanya per triwulan.
“Pembaca seolah-olah diarahkan untuk melihat keunggulan (ekonomi) Sulsel yang padahal masih penuh tanda tanya,” ucap Asri.
Menanggapi klaim Ramli, Asri menyarankan agar data pertumbuhan ekonomi Sulsel ditampilkan sejak 2018—tahun di mana Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman resmi menjabat sebagai kepala daerah.
Berdasarkan data BPS, saat pelantikan di tahun 2018, ekonomi Sulsel tercatat tumbuh 7,07 persen. Namun, pada 2019, angkanya justru turun ke 6,92 persen.
Sementara itu, Makassar di bawah komando Danny Pomanto malah menunjukkan tren positif, dengan pertumbuhan naik dari 8,42 persen menjadi 8,79 persen. Sebuah capaian yang cukup mencengangkan bagi kota-kota lain di Indonesia.
Pandemi Covid-19 di 2020 sempat memukul seluruh ekonomi wilayah, termasuk Sulsel yang terjun ke angka negatif -0,70 persen. Makassar pun terkena dampaknya, tapi mulai bangkit lagi pada 2021 dengan pertumbuhan ekonomi 4,47 persen dan terus melaju ke 5,31 persen pada 2023.
Asri menilai ada yang janggal di balik keputusan Ramli untuk tidak menampilkan data Sulsel sejak 2018.
“Ada apa dengan tahun 2018? Apakah takut jika publik melihat fakta penurunan ekonomi sejak itu?” ucapnya, menyindir.
Di tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Sulsel justru lebih rendah dibandingkan 2021. Data menunjukkan bahwa di era Andi Sudirman, pertumbuhan Sulsel sempat mencapai 5,1 persen pada 2022, tapi turun ke 4,51 persen di 2023.
Asri Tadda pun mengimbau publik untuk lebih kritis dan tidak mudah terjebak pada klaim yang tidak lengkap.
“Jangan sampai kita termakan oleh angka-angka yang dipoles agar terlihat seolah-olah menunjukkan pencapaian,” pungkasnya.